Wednesday, November 2, 2011 | By: Sebutir Kasih Sejuta Sayang

~Teristimewa Untuk Isteri Tersayang~


Sudah menjadi kehendak Allah memberinya cubaan berupa penyakit barah yang bersarang dan sudah bertahun-tahun ia rasakan. Ini adalah cerita kisah seorang gadis yang bernama Munirah. Kisah ini diriwayatkan oleh zaman ke zaman, diiringi dengan tangisan burung dan ratapan ranting pepohonan.

Munirah adalah seorang gadis remaja yang cantik. Sebagaimana yang telah dikatakan, sejak kecil ia sudah mengidap penyakit barah. Sejak usia kanak-kanak ia ingin bergembira, bermain, bergurau senda dan bersiul seperti burung sebagaimana anak-anak yang seusianya. Bukankah ia juga berhak merasakannya?

Sejak penyakit itu menyerangnya, ia tidak dapat menjalankan kehidupan dengan normal seperti orang lain, walaupun ia tetap berada dalam pengawasan doktor dan bergantung dengan ubat dan rawatan susulan.

Munirah hidup membesar seiring dengan penyakit yang dideritanya. Ia menjadi seorang remaja yang cantik dan mempunyai akhlak mulia serta taat beragama. Meski dalam keadaan sakit namun ia tetap berusaha untuk mendapatkan ilmu dan pelajaran dari mata air ilmu yang tak pernah habis. Walau terkadang bahkan sering penyakit menerjah tiba itu yang memaksanya  ia terbaring di tempat tidur selama berhari-hari.

Selang beberapa waktu atas kehendak Allah seorang pemuda tampan datang meminang, walaupun ia sudah mengetahui mengenai penyakitnya yang teruk itu. Namun semua itu sedikit pun tidak mengurangi kecantikan, agama dan akhlaknya…kecuali kesihatan, meskipun kesihatan adalah satu hal yang sangat penting. Tetapi mengapa?

Bukankah ia juga berhak untuk menikah dan melahirkan anak-anak yang akan mengisi dan menyemarakkan kehidupannya sebagaimana layaknya seperti wanita lain?
Demikianlah hari berganti hari bulan berganti bulan si pemuda memberikan bantuan agar si gadis meneruskan rawatannya di salah sebuah Hospital terbaik di dunia. Tambahan pula dengan dorongan moral yang selalu ia berikan.

Hari berganti dengan cepat, tibalah saatnya persiapan majlis pernikahan dan untuk menempuh bahtera rumah tangga.

Beberapa hari sebelum majlis pernikahan, calon suaminya pergi untuk menanyakan persiapan gaun pengantin yang sudah di tempah kini berada di butik pengantin masih lagi dalam proses menjahit khas untuk isteri kesayangannya. Gaun tersebut sudah siap namun masih tergantung di depan butik terkenal itu. Gaun tersebut mengandungi terlalu banyak makna kecantikan dan kelembutan serta keayuan seorang gadis. Tiada seorang pun yang tahu bagaimana perasaan Munirah bila melihat gaun tersebut siap.

Pastilah hatinya berkepak bagaikan burung yang mengepakkan sayap putihnya mendekap langit dan memeluk ufuk nan luas. Ia pasti sangat bahagia bukan kerana gaun itu, tetapi kerana beberapa hari lagi ia akan memasuki hari yang terindah di dalam sepanjang kehidupannya. Ia akan merasa ada ketenangan jiwa, kehidupan mulai tertawa untuknya dan ia melihat adanya kecerahan dalam kehidupan masa depan bersama suami tercinta.

Bila gaun yang indah itu dipakai Munirah, pasti akan membuat penampilannya laksana putri salju yang cantik jelita. Kecantikannya yang semula jadi anugerah Ilahi menjadikan diri semakin elok, anggun dan menawan.

Walau gaun tersebut terlihat indah, namun masih di perlukan sedikit pembaikan. Oleh kerana itu gaun tersebut masih ditinggalkan di butik. Sang calon suami berjanji akan mengambilnya besok. Si penjahit meminta dan berjanji akan menyelesaikannya tiga hari lagi. Tiga hari berlalu begitu cepat dan tibalah saatnya hari pernikahan, hari yang di nanti-nantikan Munirah. Hari itu Munirah bangun lebih awal dan sebenarnya malam itu ia tidak tidur. Kegembiraan membuat matanya tak terpejam. Yaitu saat malam pengantin bersama seorang pemuda yang terbaik akhlaknya.

Si pemuda menghubungi calon isterinya, Munirah diberitahukan bahwa setengah jam lagi ia akan pergi ke butik untuk mengambil gaun tersebut agar Munirah dapat mencubanya dan lebih mengembirakan bahwa gaun itu adalah khas untuknya. Pemuda itu pergi ke butik dengan menaiki keretanya dengan perasaan yang sangat gembira tanpa ia sedar kelajuan keretanya melebihi dari biasa kerana terdorong perasaan bahagia dan gembira akan majlis tersebut yang merupakan peristiwa terpenting dan paling berharga bagi dirinya, demikian juga halnya bagi diri Munirah.

Karena kelajuan dengan sikap terburu-buru tambahan dengan jiwa yang melayang akan hari bahagia, kereta yang di pandunya terbabas lalu terbalik berkali-kali. Setelah itu kereta ambulans datang dan membawanya ke Hospital. Namun kehendak Allah berada di atas segalanya, beberapa saat kemudian si pemuda pun meninggal dunia.

Sementara telefon di butik berdering menanyakan tentang pemuda itu. Si penjahit di butik memberitahu bahwa sampai sekarang ia belum juga sampai ke sini padahal sudah berjanji akan mengambilnya sendiri.

Akhirnya pekerja butik itu tiba membawa gaun itu ke rumah calon pengantin wanita. Mereka memintanya jika pemuda itu ke butiknya segera memberitahu si pemuda bahwa Munirah tiba-tiba pengsan dan sekarang sedang dibawa ke Hospital. Kali ini sakitnya tidak memberi Munirah banyak kesempatan. Sebelum ini sakit tersebut seakan masih memberi berbelas kasih kepadanya, tidak ingin Munirah merasa terlalu tersiksa. Namun sekarang rasa sakit itu benar-benar membuat derita dan kesengsaraan yang melebihi penderitaan yang ia rasakan sepanjang hidupnya yang selama ini.

Selang beberapa minit kemudian semua keluarga mendapat khabar berita kematian si pemuda di Hospital dan tak lama setelah itu datang pula berita kembalinya sang calon pengantin perempuan ia itu, Munirah. Jenazah mereka telah di sempurnakan pada majlis itu juga yang pada mulanya menjadi majlis pernikahan namun bertukar pada majlis tahalil kematian dan makam mereka di susun bersebelahan agar tidak jauh terpisah biarpun apa yang di tetapkan Ilahi itu tidak terlaksana namun sejuta hikmah apa yang ada pada setiap peristiwa itu kerna Allah Maha Mengetahui sesuatu yang terbaik untuk hambanya.

Demikian kesedihan yang menimpa dua insan, bunga-bunga seakan telah layu dan mati, burung-burung berkicau sedih dan duka terhadap mereka. Malam yang diangan-angankan akan menjadi paling indah dan berkesan itu, berubah menjadi malam kesedihan dan ratapan, malam hilangnya kegembiraan.

Kini gaun pengantin itu masih tergantung almari kaca di hadapan butik. Tertulis pada hadapan cermin pameran (Bukan Untuk Dijual) di bawah gaun tersebut tertulis Teristimewa Untuk Isteri Tersayang. Tiada akan ada yang memakai dan selamanya akan menjadi barangan perhiasan yang tercantik di butik tersebut. Seakan gaun itu bercerita tentang kisah sedih Munirah. Setiap yang melihatnya pasti akan bertanya-tanya, siapa pemiliknya.?




Comments
0 Comments
    
    

0 comments:

Post a Comment