Pagi ini memang matahari tidak bersinar cerah tapi pagi ini indah,
ada kabut tipis yang menyelimuti dipagi yang dingin menenangkan jiwa,
dari kejauhan suara burung-burung terdengar bersahut-sahutan,
berlumba dengan kokok ayam serta celoteh riang kanak-kanak,
matahari tampaknya masih enggan membiaskan cahayanya,
bersembunyi malu di balik awan-awan kelabu yang sedang berdiskusi,
apakah hujan hendak diturunkan hari ini?
Pagi dikampung selalu saja membuatku rindu,
rindu akan susana sebuah kehidupan sederhana,
disini tak ada hiruk pikuk manusia yang berlomba untuk dunia,
mereka hanya tahu satu hal menjadi kebiasaan kerja,
pergi ke kebun serta ke petak sawah peninggalan pusaka,
menanam apa yang dirasakan sesuai pada tempatnya,
menunggu hasil yang akan mereka terima,
dan bersyukur dengan apa yang mereka dapat
dengan usaha dalam usia lanjut dengan tulang empat kerat,
sungguh suatu perjalanan hidup yang teramat sederhana.
karena waktu seolah merambati hari tua bukan berlari,
disini kita bisa duduk tenang menunggu datangnya senja,
lalu terdengarlah suara-suara merdu mengalunkan puja,
suara mendayu mengukir irama kalimat Tuhan alam semesta,
dari suara penghujung usia ada juga remaja wanita jelita, dan
dari lisan-lisan lunak kanak-kanak yang belajar mengeja
setiap huruf dari kalam suciNYA.