Azan magrib berkumandang seiring meredupnya cahaya mentari dari pandangan mataku. Dinginnya angin senja...... Seakan membekukan kakiku untuk tidak beranjak dari tempat itu. Tersenyum aku memandang sebuah nisan yang bertulis bagai sebuah pesan. Pesan dari seorang Usahawan tua yang pernah mengalami suatu kegagalan dalam hidupnya. Kegagalan yang patut untuk membuat seseorang........ berpikir untuk mengakhiri hidupnya. Memang sesekali, didalam hidup selalu ada berbagai-bagai pilihan. Pilihan untuk menentukan langkah menuju sebuah harapan atau....... berhenti sehingga semua hanyalah mimpi dan tinggal kenangan. Kisah ini mungkin pernah terjadi pada setiap orang yang pernah mengalami kegagalan yang tak mungkin di lupakan, namun bila ia melihat batu nisan itu dia akan ingat pesan itu .....mudah-mudahan ia melupakan niat sesatnya untuk menghadap Tuhan lebih cepat yang tanpa undangan apalagi tanpa dijemput oleh utusan-Nya.
''Ayo Wa suwe lo.... Wa tertipu lo ...!'', kata Tan Lee(seorang cina beragama Budha) nada marah setelah salah satu staff nya mengatakan bahwa rekan bisnesnya telah lari tanpa membayar hutangnya sesenpun. Keringat menitis dari keningnya mengingatkan hutang barangan belum terbayar dari pembekal utama. Mungkin lebih tepatnya orang mengatakan Tan Lee akan diistiharkan sebagai seorang muflis. Tan Lee merebahkan badannya dikursi dengan pasrah....gelisah...lemas....hilang sudah tenaga yg tersimpan dalam sendi-sendinya. Dia pejamkan matanya sesaat namun pemikirannya tetap bercelaru. '' Matilah aku....!'', bisik Tan Lee seakan berbicara pada dirinya sendiri. Hari demi hari berlalu dan Tan Lee hanya menanti saat kemusnahan itu datang. Hari yg ditunggu itupun akhirnya tiba. Sepucuk surat datang untuk menuntut pembayaran hutang.
“ Hm....baru yang pertama , ada kesempatan bagiku untuk mencari hutang dan mengejar keuntungan untuk menutup hutang ini..”, kata Tan Lee dalam hati sebagai kata semangat untuk terus berusaha menyelamankan perniagaannya. Namun dugaanku meleset , Dunia mengalami kegawatan ekonomi yang hebat pada masa itu....Surat kedua datang lebih cepat dari dugaannya, kali ini ada tulisan Merah diatasnya.....''jelas tulisan itu berhuruf besar dan berwarna merah. Kali ini tubuhnya tidak gelisah lagi……….. tapi mulai mati dan mati semakin dirasakan. Keringat bukan lagi bercucuran tapi giliran matanya yang mulai mengalir setitis demi setitis. Begitu besar cubaan ini baginya, seakan tidak bermaya lagi Tan Lee untuk menahan semua beban cubaan ini.
“,Ayooooo mati Wa ini macam..!..” terkeluar dari mulut Tan Lee dengan nada yang kesal...Lantas diambil surat itu dan sekali lagi ian masukkan dalam laci mejanya. Tan Lee menarik nafasnya sekali lagi dan berusaha membakar semangatnya kembali sesuai prinsip hidupnya ''Tiada Masalah yang Tidak Dapat Di Selesaikan''. Berbeza dengan sebelumnya, kali ini dia membalas surat rayuan itu untuk meminta penangguhan waktu dengan alasan modal tidak mampu untuk dipusing kembali. Satu bulan berlalu , ekonomi masih tidak baik juga waktu itu. Penjualan gagal berjalan lancar dan hanya memperoleh keuntungan yg sangat sedikit. Hari demi hari terasa berat baginya. Tan Lee kembali kerumah lebih cepat hari ini, dengan langkah longlai dia meninggalkan pejabat yang disewa sejak dua tahun lalu. GUBBBRAAAKKK…….ia menoleh pandangannya kebelakang ….susok tubuh bergelimpang darah dan kepala yang pecah telah kaku seiring melayangnya nyawa ramai pekerjanya…sungguh sangat menyeramkan. Beberapa saat orang – orang terpaku memandang tubuh-tubuh kaku itu….tiba-tiba seorang wanita menjerit histeria setelah itu dan Tan Lee hanya mampu terpandang sendiri dan keringat dingin menitis dari seluruh wajahnya kakinya menggeletar ketakutan. Terkejut …..dan segera ia tinggalkan tempat itu, di saat beberapa orang polis menutup lokasi itu dan bayangan peristiwa tragis itu masih segar dalam ingatannya.
Putus sudah harapannya…..terbayang jeruji besi dan lantai simen yang dingin akan selalu menemaninya dalam beberapa hari lagi. Bergetar tangannya…..lalu berdiri kaku saat setelah dia meninggalkan tempat kejadian itu terbayang sedirian ia bagai mana ingin di hadapainya semua ini nanti seorang diri, yang bermain di fikirannya tak mampu bergerak lagi walaupun untuk memejamkan mata sekalipun. Tan Lee mengambil sehelai kertas dari laci mejanya dan ia menuliskan sepucuk surat dengan airmata yang terus menetes bagai tak terbendungkan lagi :
Wahai Istri Kim Soon Moi yang selalu tabah mendampingi diriku. Hari ini…. saat engkau membaca surat ini ….. aku telah tiada dari hadapanmu. Aku tahu…… betapa malunya dirimu saat itu namun aku sudah tak mampu untuk melanjutkan kehidupan ini lagi.
Wahai istriku,Kim Soon Moi sampaikan pada anak kita bahwa aku tak sempat melihat mereka membesar dewasa di hadapan mata dan yang pasti aku tak mungkin melihat mereka menangisi kepergianku namun gantikan aku dalam memberikan senyummu setiap mereka bertanya tentang aku….. karena mereka akan malu kelak, bila mereka tahu tentang kepergianku.
Wahai istriku…Kim Soon Moi…yang tak pernah lelah untuk mencintaiku……sampaikan salam hormatku pada ayah dan ibuku ……mereka pasti malu atas kepergianku ini…..kepergian yang tak membuat mereka bangga karena telah melahirkanku. Wahai istriku …… yang telah memberikan cinta sepenuh hatimu padaku, selamat tinggal dan janganlah engkau tangisi kepergianku karena aku tidak patut untuk engkau tangisi…….. tapi sesuatu yang patut engkau lupakan dalam hatimu dan dalam hidupmu……………………………………………………….
Dari suamimu yang terlalu kecewa Tan Lee Weng
Di lipatnya surat itu lalu diletakkan diatas meja dan di tindih dengan pasu bunga. Ya….setangkai bunga mawar diberikan istrinya, untuk memberinya semangat hari ini sebagai tanda cinta kasihnya pada Tan Lee. Langkah demi langkah kakinya dengan gemetar….. menuju gerbang kematian hari ini, itulah yang tertanam dalam minda Tan Lee perkara yang di pilih jalan mudah baginya untuk lari dari semua masalah ini dengan cara membunuh diri.... Bangunan telah di pilihnya yang paling tinggi di antara yang tertinggi sekali di kawasan itu agar tubuhnya nanti apa bila jatu terus berkecai itu yang di fikirkan olehnya tiada apa yang dapat menghalang niatnya itu.
Tan Lee menaiki lif, lalu berjumpa dengan penjaga lif di bangunan itu dan dia bertanya “, hendak ke tingkat berapa”, lalu Tan Lee menjawap “, hendak naik ke atas sekali’..... Setelah Tan Lee menyebut tingkat teratas, seakan dia tahu niat dan tujuan itu. Dia menghalang dan menasihati Tan Lee dengan berbagai macam cara dan upaya. Ya…..akhirnya Tan Lee gagal bukan karena nasihatnya tapi karena dirinya tak tahan untuk menunggu lebih lama lagi menuju saat kematiannya. Tan Lee pergi meninggalkan lif itu dan mencari tangga menuju keatas diiringi pandangan penjaga lif itu yang terlihat sedih atas kepergian Tan Lee dengan bersungguh mahu terjun untuk membunuh diri.
Tingkat demi tingkat dinaikinya dan berhenti ia sejenak karena keletihan sambil menarik nafasnya kembali. Kali ini dia berjumpa dengan seorang cleaning servise dan menanyakan dia hendak ke tingkat berapa karena melihat dirinya kelelahan menaiki tangga. Sekali lagi Tan Lee sampaikan bahwa dirinya hendak ke tingkat teratas menuju atap bumbung dan sama seperti penjaga lif tadi, dia berusaha mencegah Tan Lee dengan berbagai macam upaya hingga tiba-tiba handfon si cleaning servis berdering dan terdengar dia menerima panggilan yang ibunya baru meninggal dunia...Diakhir kata ia mengatakan betapa sedihnya diriku bila mengetahui tentang hal itu, lalu cleaning servis tadi meninggalkan Tan Lee dengan tatapan sedih melihat kepergian Tan Lee yang meniti tangga demi tangga. Mata Tan Lee berkedip kedip matanya dan kerongkongnya terasa kering saat ia telah sampai tingkat teratas dari bangunan itu.
Berhenti sejenak dan Tan Lee sandarkan dirinya pada salah satu dinding di atap itu, ’’ Aku Mahu mati saja begitu susahnya’’, fikir Tan Lee, terlintas begitu saja dari benaknya. Tak lama kemudian ia berdiri dan berusaha mencari satu sudut atap bangunan itu. ” Tunggu, nak……. aku tahu untuk apa kedatanganmu hari ini ’’, suara serak orang yg sangat tua terdengar agak kurang jelas dibelakang Tan Lee, lalu ditolehnya ke belakang pandanganku. ” Berikan kesempatan bagiku untuk mengakhiri hidupku sebelum dirimu mengikuti jejakku”, katanya lagi dengan senyum keyakinan akan menuju kematian. Hm…ternyata daftar menuju kematian yang sesat agaknya bukan hanya namaku hari in”’, kata Tan Lee dalam hatinya... ” Baiklah , Pak tua sebagai yang muda….aku mempersilahkan dirimu mendahului dari diriku…..!”, kata Tan Lee mempersilahkan diri member laluan pada orang tua tadi. Ketika ia memegang bumbung itu, timbul keheranan dibenak Tan Lee dan terusik sifat ingin tahu untuk menanyakan mengapa ia ingin mengakhiri hidupnya dengan tragis hari ini.
” Pak tua…..sebelum engkau terjun ke bawah sana ….bolehkah aku bertanya padamu ?’’, Tanya Tan Lee seketika terkeluar begitu saja dari mulutnya tanpa ia sedari . Dengan tersenyum Pak tua itu berpusing dan mengadap dihadapan Tan Lee…….”Bagiku sudah tiada guna lagi hidup ini, nak ……semua sudah kudapatkan …..istri yang baik dan setia…….anak yang telah dewasa dan membanggakan bagiku……….keseronokan dan kehidupan yang mewah………semuanya telah kuraih …..jadi patutkah aku untuk hidup lagi ?”, katanya dengan senyum yang meyakinkan lagi.
Dada Tan Lee berdebar….jantungnya berdegub kencang dan benak fikirannya semakin bingung dibuat pak tua ini.”Bukankah engkau tidak dalam kegagalan , Pak tua ? ……. mengapa engkau mengakhiri hidupmu dengan cara seperti ini ?”, Tanya Tan Lee dengan mengkerutkan keningnya dan memandang orang tua tadi dari ujung kaki hingga rambutnya yang telah memutih, ”tak mungkin ia orang gila”, fikiran Tan Lee bagai memberikan jawapan atas pandangan matanya karena lelaki ini terlihat sangat kemas dan bersih. ” Lalu mengapa engkau mahu mati dengan cara ini juga , nak ?”, tanya orang tua tadi kepada Tan Lee yang tak terduga olehnya. Dengan gugup Tan Lee menjawab,”Tentu saja karena aku mengalami kegagalan dalam hidupku”, masih terasa keraguan pada pertanyaan orang tua tadi yang tiba-tiba itu. ”Hm….engkau sungguh manusia yang rugi , nak !........dirimu belum mendapatkan apa-apa dalam hidupmu dan kini engkau mahu mengakhiri hidupmu tanpa meraih apa-apa, nak”, katanya dengan keras dan tak lupa senyum dibibirnya yang pucat karena ditelan usia. Sekali lagi hairan diri Tan Lee mendengar ucapannya …sungguh tak terduga olehnya…..dan Tan Lee hanya boleh menelan seketika air liur bila mendengan kata-kata orang tua tadi . Otak Tan Lee berputar untuk melawan ucapan pak tua itu…..semakin banyak darah mengisi otaknya bagai penuh oksigen yang tinggi.
” Wahai Pak tua……bagiku tak layak kematian seperti ini mendampingi dirimu……sudahkah engkau mengucapkan salam perpisahan dengan seluruh keluarga….sahabat…..dan rakan-rakanmu ? bila belum …..pulanglah dan datanglah dilain waktu”, kata Tan Lee dengan lembut padanya dengan sedikit pujuk rayu. ”Aku sudah mengucapkan hal itu melalui surat terakhirku , nak !.......walau mereka sudah tak ada disekitarku lagi…….mereka sudah tak peduli lagi padaku……dan banyak yang telah mendahului pergi selamanya dariku”,Ungkap Pak tua itu ….kali ini dengan muka sedih terlihat dari raut wajah tuanya. ” Tapi aku masih peduli padamu hari ini , Wahai pak tua ”, mendadak kata-kata itu terlontar tanpa Tan Lee sedari begitu saja. ” Benarkah itu….?”, Tanya orang tua tadi yang terus berubah senyum kembali diwajahnya.
” Ya Pak tua…..! ”, kata Tan Lee nada keras dengan senyum terukir manis dibibir Tan Lee lalu memeluk lelaki tua itu dan kali ini gerakan tanpa Tan Lee sedari lagi. ” Kalau begitu aku membatalkan kematianku hari ini…..karena masih ada yang menyangi padaku……dan masihkah ada orang-orang yang mengambil berat dan menyayangimu wahai anak muda ..?”, tanyanya dengan lembut pada Tan Lee. ” Ya ada, pak tua….”, kata Tan Lee perlahan namun masih jelas terdengar olehnya. ” Kalau begitu hari ini kita belum sampai waktunya…. untuk mengakhiri hidup dari atas bumbung bagunan ini, nak”, katanya sambil menepuk-nepuk belakang Tan Lee yang masih dalam pelukannya.
” Ya …pak tua…! ”, kata Tan Lee tertunduk malu karena untuk bunuh diri saja ia gagal melakukannya. ” Sudahlah ….kalau begitu marilah kita pulang dan bertemu esok hari karena hari ini sudah petang, nak !”, katanya dengan senyum lebar sambil merangkul bahu Tan Lee untuk meninggalkan tempat itu. Yah…..akhirnya hari itu Tan Lee gagal melakukan suatu perbuatan besar dalam hidupnya …
Keesokkan harinya kembali Tan Lee kebumbung itu tapi bukan untuk bunuh diri, tetapi untuk bertemu dengan pak tua itu karena mereka sudah berjanji kelmarin ditempat ini. Hari ini dia tidak datang juga besoknya dan besoknya lagi hingga hari ketiga Tan Lee tidak ke bumbung bangunan itu lagi dan menganggap mungkin pak tua itu sudah lupa atau ada pekerjaan lain yang lebih penting perlu di selesaikan oleh orang tua itu dan lebih penting dari pertemuan mereka ini, fikir Tan Lee dalam fikirannya...., Keesokan harinya Tan Lee pergi dengan niat niat dan tekad ingin membunuh diri yang sebelum ini terhenti akibat simpati terhadap orang tua itu keli ini Tan Lee menaiki tangga dan tidak menaiki lif karena selain ada penjaga lif yang akan mencegahnya juga bimbang bila bertemu dengan orang-orang yang akan menangkapnya.
Tangga demi tangga dilaluinya dengan tergesa-gesa …kali ini kata-kata lelah telah mati dari kamus hidupnya dia bertekad …..hanya kata ”terus dan terus ” menuju gerbang kematian dari atas sana…..Ya …dari atas bumbung ini. Sepanjang perjalan Tan Lee , dia hanya bertemu dengan tukang cat yang menyapanya dan Tan Lee tidak memperdulikan tegurannya itu lalu ia terus ke bumbung untuk terjun. Akhirnya sampailah Tan Lee diatas atas bumbung bangunan itu, tiba-tiba terdengar……” Tunggu , nak…!”, terdengar suara yang seakan dikenalinya, seperti suara pak tua yang bertemu dengannya, beberapa hari yang lalu diatas bumbung ini. Berhenti Tan Lee sejenak lalu orang tua itu terus berkata, ” Bila engkau melakukan itu berarti sudah tak ada lagi yang peduli padaku didunia ini !”, kata-katanya menyentuh hati Tan Lee yang paling dalam. Terasa luruh hatinya dan sayu hatinya dalam kaku. Dia menghampiri Tan Lee dan memeluk dirinya. ” Betulkan niatmu Wahai anak muda ….karena masih banyak orang yang mencintai dan mengharapkan kehadiranmu didunia ini….termasuk diriku Wahai anak muda….!”, katanya dengan lembut dalam dakapan di samping berbicara yg sayu terdengar ditelinga Tan Lee dalam dakapan erat.
Tersentuh hati Tan Lee mendengarnya dan terus mengatakan,” Bila aku dipenjara kelak …. maukah engkau mengunjungiku, pak tua…?”, Tanya Tan Lee penuh harap seperti sebuah perjanjian. Orang tua itu melepaskan pelukannya. ” Tentu saja anak muda karena kasih sayangmu membuatkan aku masih hidup sampai hari ini”, katanya lembut sekali dan penuh keyakinan. Ya…itulah gayanya yang selalu tersenyum dan penuh keyakinan. ” Baiklah, pak tua …… aku harap engkau memegang janjimu padaku ….!”, kata Tan Lee seperti anak-anak yang mengharapkan dipenuhi keinginannya sebagaimana yang telah di janjikan ayahnya.Terdengar suara Azan mendayu kedengaran laungan bergema segenap ruang angkasa raya dan seluruh jiwa Tan Lee suara Azan yang selama ini pernah di dengarinya namun tidak semerdu ini menusup pintu hatinya yang paling dalam terasa luruh luluh hatinya apa bila setiap kalimat Azan bagai dapat di bacanya biar pun tak pernah di fahaminya ADAKAH INI AZAN TERAKHIR BAGI KU...... ALLAHHUAKRBAR.... ALLAHHUAKRBAR.....terkeluar dari mulut Tan Lee dengan tidak sengaja..Wahai Pak Tua jelaskan pada ku tentang Azan...
"Semasa orang-orang Islam sampai di Madinah, mereka berkumpul lalu memperkirakan waktu sembahyang dan tidak ada seorang pun yang menyerukan untuk sembahyang. Pada suatu hari mereka pun membincangkan hal itu.
Berkata sebahagian mereka: "Ambillah naqus (loceng) seperti naqus orang-orang Nasrani (Kristian)."
Berkata sebahagian yang lain pula: "(Ambillah) trompet seperti trompet oran-orang Yahudi."
Lalu berkata ‘Umar: "Tidakkah kamu melantik seorang lelaki untuk menyerukan sembahyang?"
Bersabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam: "Wahai Bilal, berdirilah dan serulah untuk sembahyang."
(Hadis riwayat al-Bukhari dan Muslim)
"Ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan untuk menggunakan naqus (loceng) untuk dipalu bagi mengumpulkan orang ramai untuk mendirikan sembahyang jemaah, dalam tidurku (mimpi) seorang lelaki berjalan mengelilingiku sedang membawa di tangannya naqus. Lalu aku berkata: "Wahai hamba Allah, adakah kamu jual naqus itu?"
Dia berkata: "Apa yang akan engkau buat dengannya (naqus)?
Aku berkata: "Dengan naqus itu kami menyeru kepada sembahyang."
Dia berkata: "Mahukah kamu aku tunjukkan yang lebih baik dari itu?"
Aku berkata: "Ya."
Berkata periwayat (orang yang mimpi): "Dia (lelaki yang dimimpikan) berkata: "Engkau ucapkan: "Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Saya mengaku bahawa tiada Tuhan yang disembah melainkan Allah, saya mengaku bahawa tiada Tuhan yang disembah melainkan Allah, saya mengaku bahawa Nabi Muhammad itu pesuruh Allah, saya mengaku bahawa Nabi Muhammad itu pesuruh Allah, marilah mendirikan sembahyang, marilah mendirikan sembahyang, marilah menuju kemenangan, marilah menuju kemenangan, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, tiada Tuhan yang disembah melainkan Allah."
(‘Abdullah bin Zaid) berkata: "Kemudian lelaki itu berundur sedikit.
Lalu lelaki itu berkata: "Jika engkau menyerukan iqamah sembahyang engkau ucapkan: "Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Saya mengaku bahawa tiada Tuhan yang disembah melainkan Allah, saya mengaku bahawa Nabi Muhammad itu pesuruh Allah, marilah mendirikan sembahyang, marilah menuju kemenangan, sesungguhnya sembahyang telah didirikan, sesungguhnya sembahyang telah didirikan, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, tiada Tuhan yang disembah melainkan Allah."
Pada pagi esoknya aku datang kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam memberitahu mengenai dengan mimpiku itu.
Baginda bersabda: "Sesungguhnya mimpimu itu benar insya Allah, berdirilah engkau bersama Bilal dan ajarkan padanya apa yang engkau mimpikan itu. Hendaklah Bilal azan dengan apa yang diajarkan kepadanya itu, kerana suaranya lebih bagus dan tinggi daripada engkau." Maka aku berdiri bersama Bilal lalu aku ajarkan dia dan dia azan dengan apa yang aku ajarkan itu.
(‘Abdullah bin Zaid) berkata: "Maka terdengarlah azan itu oleh ‘Umar bin al-Khattab, sedang dia dirumahnya. Lalu dia keluar dengan bergegas menyeret selendang di belakangnya dan berkata: "Demi yang telah mengutusmu dengan benar wahai Rasulullah, sesungguhnya aku bermimpi sepertimana yang dimimpikan olehnya (Àbdullah bin Zaid)."
Bersabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam: "Segala puji bagi Allah."
(Hadis riwayat Abu Daud)
Setelas selesai menjelaskan segalanya pada Tan Lee lalu Pak Tua kembali menepuk bahu Tan Lee dan meninggalkannya seorang diri yang masih tertunduk malu sambil terduduk keletihan sekaligus bahagia karena hari ini pun dia gagal mengakhiri hidupnya dengan sia-sia. Tersedar Tan Lee tiba-tiba hujan lebat membasahi tubuhku. Berlari dia menuju tangga dan menuruni tangga demi tangga dengan kepasrahan terhadap apapun yang akan terjadi. Apabila dibuka pintu terlihatdua orang angota polis lengkap berseragam dan seorang bagai seorang peguam dan ramai lagi yang waktu itu. Sungguh terkejut kali ini mereka tersenyum pada Tan Lee, lalu menghampiri dirinya. ” Selamat Tengahari …. Apa khabar, Encik !”, kata Peguam itu sambil menjulurkan tangannya dan bersalaman dengan erat. ” Saya sudah tahu maksud kedatangan kamu semua……saya siap ditangkap hari ini…!”, kata Tan Lee agak tak tertahan tapi cukup ketabahan baginya. ” Maaf, Encik Tan Lee……saya datang kemari dengan disaksikan Anggota Polis ini bukan untuk menangkap untuk menangkap Encik…..tapi ingin menyampaikan sebuah surat seseorang kepada Encik…..Beliau adalah pemilik bangunan ini dan beliau telah ’kembali ke rahmatullah’ beberapa hari yang lalu akibat sakit karena lanjut usia…..!”, kata peguam itu panjang lebar. Hairan fikir Tan Lee seketika kebingungan. Sebelum Tan Lee menanyakan lebih lanjut lagi , peguam itu berkata, ” Baiklah saya akan membacakan wasiat beliau………!”. Dalam surat wasiat yang dibacakan berbunyi :
”Wahai.. Anak muda……..engkau yang telah menyadarkan aku tentang arti sebuah kasih sayang…..yang sangat berarti bagiku…..Engkau menyadarkan aku bahwa masih ada orang yang masih menyayangi diriku…Ya…walaupun itu hanya dirimu seorang…..keluargaku telah tiada kerna mendahului diriku akibat kemalangan kapal terbang beberapa tahun yang lalu. Sahabatku ….. satu persatu meninggalkan aku…..dan saat itu aku sudah tak punya siapa-siapa yang masih bersimpati dan menyayangiku lagi……engkau telah menyelamatkan aku dari kematian yang sangat dibenci Tuhan dan Rasul dari atas bumbung itu……Tiada yang lebih menyayangi diriku selain dirimu Wahai anak muda…..sayangnya aku tak sempat menanyakan namamu…..tapi aku masih sempat mengenal ciri-cirimu hingga peguamku memperlihatkan gambarmu padaku yang tertera di Akbar.
Mungkin aku tak sempat bertemu denganmu, sesuai dengan janjiku keesok harinya saat setelah pertemuan pertama kita, namun aku yakin…..rasa keperihatinan dan sayangmu telah dating dengan ikhlas dan hadir dihatiku. Terimakasih anak muda……oleh karena itu tiada hadiah yang mampu kuberikan atas apa yang telah engkau berikan padaku, namun kuharap hadiah kecil ini dapat menjadi kenangan bagi ku wahai anak muda……hadiah itu adalah kuserahkan seluruh hartaku padamu semoga engkau dapat menjaganya seperti keperihatinanmu padaku dan jangan lupa engkau mendoakanku dan membuat perbuatan yang berpahala bagiku karena aku masih merasa kurang membawa bekal untuk menghadap Tuhan Yang Maha Kuasa. Mungkin suatu saat nanti kita akan berjumpa kelak bila Tuhan memberikan kesempatan itu InsyaAllah. Wassalam.”
Daripada;
Pengarah Urusan
Sebutir Kasih Sejuta Sayang Sdn Bhd
Dato’Seri Hj Mohd Firdaus Bin Hj Mohd Yatim
Lalu peguam itu berkata, ” Memandangkan seluruh harta dan perniagaan juga perusahaan beliau sudah menjadi milik Encik maka seluruh hartanya adalah sepenuhnya milik Encik”. Masih berdiri tak percaya Tan Lee lalu cuba digigit lengan tangannya….”Aduh”...…..”,aku tidak bermimpi hari ini. Ternyata Allah telah mendengarkan doaku biar pun aku tidak beriman dan memeluk agama Islam selama ini. Aku Bersaksi Tiada Tuhan Yang Disambah Selain Allah Dan Aku Bersaksi Bahawa Nabi Muhammad Itu Pesuruh Allah...Amien Ya Allah”,….langsung tubuh Tan Lee sujud mengucap syukur, lalu ia berdiri dan mengatakan sesuatu pada peguam itu,” Aku mahu memeluk Agama Islam...Tuhan telah membukankan pintu hatiku dengan di utusnya seorang yang tulus hatinya kerana Agama Islam itu sendiri lengkap segalanya..Aku menamakan nama Islam ku Mohammad Danial Lee bin Abdullah”, Dimana kuburan beliau…….tunjukkan padaku karena aku akan mengucapkan maaf padanya karena tidak hadir disaat terakhir dirinya”,
Di pendekkan cerita sampailah kekuburan beliau…..kuburan keluarga yang megah dan terlihat beberapa deretan kuburan lain dalam satu barisan, dan satu kuburan lainnya yang ukuran agak kecil itu mungkin kubur anaknya bersebelahan dengan kuburan bapak dan ibunya. Ya….itu adalah kuburan istrinya dan deretan lainnya adalah kuburan anak anaknya karena kematian mereka semua sesuai betullah dengan surat wasiat tersebut berarti meninggal pada waktu yang sama akibat pesawat yang jatuh terhempas. Danial Lee pegang nisan yang bertulis nama Hj Mohd Firdaus Bin Mohd Yatim itu,” Ayah, terimakasih kini daku tiada lagi ayah dikaulah ayah ku biar pun kita baru bertemu kasih sayang mu terlalu mendalam bagiku …… dan Tuhan telah mendengarkan doa Ayah untuk bertemu dengan saya. Mungkin Tuhan sengaja mengirim ayah untuk menghalang saya untuk bunuh diri hari itu ternyata Allah masih sayangkan saya.
Ternyata andai Allah mahu memberi petunjuk pada sesiapa yang Dia kehendakinya, tiada siapa dan apa jua halangan yang dapat menghalangNya dari mandapat Hidayah dariNya cuma kita sahaja yang tidak terfikir selama ini kerna dalam sesuatu kisah yang terjadi dalam perjalanan hidup kita terselit utusan Allah yang membuatkan kita terasa sejuk hati melihat atau mendengar apa jua yang dilakukannya ada dalam bentuk sifat manusia yang kita sayang padanya dengan nasihat dia pada kita penuh kasih sayang hanya kerna Allah, ada juga berbentuk peristiwa yang Allah tunjukkan kebesaranNya pada kita agar kita beriman padaNya, dan ada yang langsung sampai di hati kita dengan tersentuh setiap kalimat Allah dalam Al-Quran itu sendiri cuma kita sahaja yang lupa pada peringatan dan Hidayah itu tetap bersama kita kerna Allah sentiasa memberi nikmat pada kita miskipun kita tidak beriman padaNya.... Saya akan menjaga semua amanat ayah dan melaksanakan semua yang ayah minta dari saya…..termasuk amanat dan kasih sayang saya sebagai anak kepada bapak. Semoga Tuhan meringankan jalan ayah saat menghadap-Nya’’, lalu kami berdoa dan meninggalkan tempat itu dan hingga hari ini aku setiap hari selalu keperkuburannya dan berdoa untuknya.
Ya…..waktu cepat berlalu dan hari ini, disaat azan magrib ini, dikala senja telah meredup, aku berdiri memandangi nisan yang berisi pesan itu. Ya ….pesan yang kutulis sebagai kenangan saat aku bertemu dengan Bapak tua yang telah kuanggap sebagai ayahku itu dan semoga bila rohnya hadir maka ia akan melihat nisan itu sebagai pesan untuk semua orang yang gagal dan menyampaikan bahwa masih banyak orang yang mencintai dia yang ingin mengakhiri hidupnya secara sesat. Tahukah anda apa tulisannya ?
“Saya tahu untuk apa anda datang kemari hari ini, namun bila anda mahu menyisihkan sedikit waktu saja……bacalah nisan ini karena saya rasa tidak akan mengurangi waktu anda untuk terjun dari tepi bangunan itu. Jangan takut ….. Saya tidak akan menanyakan keimanan anda, karena bila anda masih punya iman, tentu anda tidak akan datang kemari ! Jawablah terus dari hati anda yang paling dalam !
Sudah siapkah anda untuk mati hari ini ?
Andai tidak fikirlah berapa banyak amal yang ada bawa untuk mengadapaNya...
Sudahkah anda menulis surat sebagai pesan terakhir anda ?
Andai tidak fikirkanlah surat amal kebaikan anda buat semua adakah berat yang mana?
Sudahkah anda menyampaikan salam perpisahan dengan keluarga anda ?
Andai tidak pulanglah kerna kerna perpisahan terlalu perit dari saat perjumpaan...
Sudahkah anda menyampaikan salam perpisahan dengan sahabat anda ?
Andai tidak fikirkanlah mungkin ada anda terkasar bahasa selama anda masih hidup di dunia...
Sudahkah anda menyampaikan salam perpisahan dengan rakan – rakan sekitar anda ?
Bila anda belum melakukannya….. pulanglah dulu dan datanglah dilain kesempatan, namun bila anda sudah anda lakukannya maka lihatlah ke belakang anda ! adakah orang disana ? bila tidak berarti tiada yang dapat menolong anda….. kecuali anda mahu meneruskan membaca pesan ini ! sekali lagi saya sampaikan , saya rasa anda masih punya sedikit waktu lagi sebelum mengakhiri kehidupan anda.
Seberapa berat bebankah masalah kehidupan anda ?
Bandingkan kehidupan anda dengan yang lain ! Bandingkan dengan seorang yang pekerja yang pemecah batu kerikil di kaki cerun gunung yang curam ! yang setiap harinya maut siap untuk menjemputnya.
Bila anda tidak tahu mengenai mereka maka datangilah mereka namun bila anda tahu……mana yang lebih baik antara anda dengan mereka ? atau mungkin………………..
Bandingkan diri anda lagi dengan anak yang ayah dan ibunya telah tiada ! bagaimana dengan anda, manakah yg lebih baik nasibnya dari pada anda ?
Bila nasib anda lebih baik dibanding mereka …..pulanglah dan berusahalah untuk jauh lebih baik dari pada hari ini……………………………………………………………………………………
namun bila tidak …….saya berpesan, sebelum anda terjun untuk membunuh diri, lihatlah tulisan ditiap-tiap anak tangganya karena anda akan menunduk menuju jalan akhir kehidupan anda diujung kemuncak bagunan itu………………………..………………………………………….
Anak tangga pertama……….
’’Anakku……….. ayah dan ibu telah malu melahirkanmu namun apapun itu engkau adalah anak yang kusayangi hingga ujung kematian merenggut kehidupanmu’’
Mahukah anda pergi dalam keadaan tragis seperti itu??
Anak tangga kedua………….
’’Wahai kekasih pendamping hidupku………aku malu mendengar kematianmu hari ini namun apapun itu engkau adalah yang paling kucintai hingga akhir hayatmu dan wajahmu tetap terlukis indah dihatiku’’
Sedarkah kita betapa hancurnya hati insane yang menyangi kita apa bila kita lakukan sedemikian rupa meninggalkan mereka yang amat mereka cinta??
Anak tangga ketiga………….
’’Wahai ayahku atau ibuku………anakmu malu mendengar kematianmu yang memilukan hatiku, namun apapun itu ….engkau tetap pujaan hatiku yang telah melahirkan aku, Hmm…..tidakkah engkau ingin melihat anakmu tersenyum manis atau engkau tak sempat melihat kami menangis ? ’’
Anak tangga terakhir ……….
Ucapkan selamat tinggal pada dunia……karena neraka akan menyambutmu…. bersama tawa setan yang bergembira dibawah sana………………………………….
Mahukah kita memanggung semua itu setelah kita tahu Allah melarang semua ini kerna Allah sedikit pun tidak membebani hambanya selagi hamba itu mampun untuk memanggung setiap ujian yang diberikan olehNya......Allah rindu akan hambanya yang dalam ujian kerna Allah mahu mendengar rintihan hamba-hambanya yang amat Dia sayang kerna andai tidak diberikan ujian maka kita akan terus tersesat dari jalan kebenaran........
Itulah tulisan yang kuukir dengan jelas sebagai kenanganku dengan seorang tua yang di utuskan Allah itu buat ku. Namun yang kutahu tak ada seorangpun yang berakhir dibawah sana lagi hingga saat ini……..ya….di saat bangunan ini telah menjadi milikku kini…….masihkah anda berputus asa ? ……….bila masih ada……..berarti andalah yang akan menjadi orang pertama yang mengakhiri hidup anda…. menaiki bagunan ini dan berakhir hingga di bawah sana.....dan bila tidak…..tersenyumlah bahwa anda tidak sendiri dan masih ada orang yang disekitar anda….. yang selalu mengambil berat , selalu mencintai dan menyayangi anda…..baik yang anda sadari ataupun yang tidak anda sadari.................................................................................
Sebutir Kasih Sejuta Sayang