Gambaran jiwa yang bersih oleh penyair Tunisia Ahmad Mukhtar Al-Wazi..
Kata-kata yang ringkas tetapi memiliki makna yang cukup mendalam.
Saat kupu-kupu itu....
Tenang dalam diamnya,
Lebih jelas dari orang yang berbicara.
Lebih jelas dari orang yang berbicara.
Bila diamnya terlalu lama,
Tergugahlah ia oleh keharusannya untuk bergerak.
Tergugahlah ia oleh keharusannya untuk bergerak.
Betapa sering ia melihat bayangan dirinya,
Yang terpantul dari riak air,
Seakan-akan bintang yang berkilauan,
Sedang permukaan air adalah cakerawalanya.
Ia terbang mengelilinginya,
Menatapinya dan merindukan seandainya dapat hinggap padanya,
Akan tetapi hampir saja ia binasa tenggelam,
Andai dirinya tidak segera sedar.
Itulah gambaran jiwa yang beriman,
Mustahil membodohi dirinya,
Jelas sekali perbezaan antara kesesatan dan petunjuk baginya.
1. Seperti itulah petanda keimanan;
l Pendiam selalu berfikir,
l Merenung dengan tenang
l Tidak banyak berbicara
l Menjauhi gurau senda
Akan tetapi di selubungi oleh kewibawaan yang berpengaruh dan keindahannya benar-benar menyentuh hati.
2. Diam memang sunnah manusia tetapi bagi org mukmin tidak bermakna ia adalah kemalasan, bersantai. Tetapi rehatnya itu hanya datang sebentar. Mukmin itu sendiri membuang sifat rehatnya oleh kerana rasa dorongan dari dalam dirinya disebabkan oleh berkat pengetahuan atau kebijaksanaan yang tertanam dalam dirinya. Syaitan tetap akan meggodanya untuk terus tenggelam dalam kemalasan tetapi cerminan ilham keimanan dapat melawannya dari tipu daya berupa senang dipuji, kedengkian atau mempunyai cita-cita untuk meraih yang fana secara berlebihan.
3. Semakin dekat semakin jelas gambaran sebenar. Jika sang kupu-kupu itu hanya melihat dari kejauhan berkilau itu adalah riak air semata-mata. Tetapi jika terlalu dekat dapatkah ia menyelmatkan diri daripada gelombang air tinggi, yang pasti akan membasahi dirinya, memberatkan sayapnya untuk terbang kembali, atau membiarkan dirinya dari terus tenggelam dan binasa.
Dengan pengertian ini mukmin itu perlukan nasihat dan larangan serta panduan melalui ungkapan "raqaa'iq" yang melembutkan hati kita. Agar jiwa-jiwa beriman ini tidak jatuh semula setelah kukuhnya bertapak, hanyalah disebabkan oleh kilauan bayangan yang memujuknya untuk mendekati. Sedangkan kehidupan sang kupu-kupu itu hanyalah terletak pada tempat tinggi, dan keselamatannya juga terletak pada ketinggian.
~ Petikan dari tulisan Muhammad Ahmad Ar Rasyid dalam bukunya pelembut hati
Wallahu’alam