“Orang yang kuat bukan kerana mampu mengalahkan lawan, tetapi orang yang kuat adalah yang mampu menundukan nafsunya di saat ia sedang marah”.
Demikian sabda Rasulullah saw, bukan lantaran mampu menghentam tengkuk lawannya seseorang disebut “manusia kuat, manusia perkasa”, tetapi siapa pun dari lapisan manapun yang mampu menaklukan nafsunya, mampu menjinakkan gelora cita-citanya, itulah manusia kuat, perkasa.
Itulah cara yang terbaik. Tidak usah mematikan nafsu tetapi pandai-pandailah menaklukkan untuk kemudian menyalurkan pada kedudukan benar tidak berlanggar dengan norma-norma Tuhan mahupun norma-norma yang manusiawi.
Menaklukkan nafsu ertinya tidak menelempiaskan semahu-mahunya, tanpa peduli atau bertindak dengan dalih “hak asasi”. Seseorang harus benar-benar memahami watak nafsunya yang selalu menuntut dan menuntut tanpa mengenal erti puas dan seseorang harus mampu mengenal keterbatasan dirinya sendiri, namun inilah ujian yang paling sukar, sebab manusia ternyata lebih pandai membaca diri orang lain daripada harus membaca dirinya sendiri.
Menyalurkan ertinya tidak usah mematikan nafsunya tetapi merialisasikan tuntutannya sepanjang ia membawa petaka baik bagi peribadinya mahupun sekelilingnya. Disalurkan sesuai dengan norma-norma Tuhan, semisalnya tuntutan nafsu seksual yang patut disalurkan melalui pernikahan yang sah. Demikian halnya sifat ingin kaya salurkan dengan kerja keras tekun tetapi jujur tidak menipulasi atau rasuah dan cara-cara lain yang melanggar hukum Tuhan.
Menelampiaskan nafsu dengan cara-cara yang bertentangan dengan norma-norma Tuhan sudah pasti akan melahirkan kesan psikologis yang tidak baik. Entah sekalipun seseorang yang mengambil jalan haram boleh menjadi kaya, hidup dalam gelumang harta kekayaan, kemewahan dan kemegahan, namun siapa pun tidak mungkin mampu meredakan pertentangan batinnya, siapa pun tak mungkin mampu membaca jeritan hati nuraninya.
Manusia cuma pandai membohongi orang lain tetapi jangan harap mampu membohongi hati nuraninya sendiri. Bukankah suatu siksaan berat bagi seseorang yang bertindak melawan kata batinnya. Bagaimana ia mampu memperoleh ketenteraman jiwa.
Itulah sebabnya “KEJUJURAN” adalah pintu kebahagiaan, pintu ketenteraman yang sejati.
Bersikap jujur, wajar. Dan itu harus diawali dengan menundukkan nafsunya sendiri. Namun perang melawan nafsu itulah satu perperangan yang teramat dasyat pada hidup seseorang sebenarnya.